Bahasa Tansi adalah merupakan bahasa yang digunakan oleh kalangan buruh tambang yang ada di daerah Sawah Lunto, Sumatera Barat pada masa kolonial Belanda. Bahasa ini merupakan bahasa kreol yang diciptakan para buruh sejak kawasan ini menjadi penambangan modern. Sebagian orang menyebut Bahasa Tansi dengan nama lain sebagai Bahasa Slunto (bahasa yang digunakan orang Sawahlunto).
Kata Tansi pun merupakan perubahan dari penyebutan TANGSI. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tangsi diartikan sebagai asrama baik yang digunakan tentara ataupun polisi). Dalam artian lain, tangsi diartikan sebagai barak, dan arti lainnya lagi adalah penjara. Sedangkan Tansi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai tali yang dilumas dengan lilin dan biasanya digunakan untuk tali pancing dan penggunaan lainnya.
Tansi yang dimaksud dalam Bahasa Tansi adalah tangsi dalam artian barak tempat pekerja atau buruh penambangan batu bara Ombilin. Selain itu dapat juga diartikan bahwa buruh pekerja yang didatangkan ke penambangan batu bara ini adalah narapidana Belanda dari berbagai penjara di daerah Hindia Belanda lainnya saat itu.
Para narapidana yang awalnya dibawa dari penjara Muaro Padang, digantikan oleh para narapidana dari Penjara Batavia dan beberapa penjara lainnya. Agar para narapidana ini tidak lari, seperti para narapidana asal Muaro Padang yang sering melarikan diri, maka para narapidana yang datang dari daerah lain akan dirantai kaki, tangan dan leher agar tidak melarikan diri. Kondisi mereka yang dirantai ini menyebabkan lahirnya penyebutan Orang Rantai atau Kettingganger.
Bahasa Tansi sekaligus juga menjadi bentuk bahasa kreol pertama yang dilatarbelakangi perburuhan. Uniknya, bahasa ini terdiri dari campuran bahasa-bahasa lain seperti Jawa, Bali, Sunda, Madura, Cina, Batak, Bugis, Belanda, dan Minangkabau serta bahasa Melayu sebagai dasar penggunaannya
Dalam perkembangan penggunaan Bahasa Tansi ini, terdapat dua dialek yang ada yaitu dialek Bahasa Tansi yang berkembang di daerah Pusat Kota Lama atau sekitar Kecamatan Lembah Segar yang kemudian dipengaruhi Bahasa Indonesia saat ini. Dialek lainnya atau dialek Bahasa Tansi yang masih asli berkembang penggunaannya di daerah Kecamatan Barangin dan Kecamatan Talawi.
Contoh Bahasa Tansi
Lala : “ni yet, mo mana ke?”
‘Kak yet mau (ke) mana kamu?’
‘Kak yet, hendak kemana kamu?
‘Ni yet : “mo belanja”.
‘Mau (ber-) belanja’.
‘Hendak berbelanja’.
Lala : “mana?”
‘Ke mana?’
Ni yet : “kede (kade), mo titip apa ke?”
‘Ke kedai, mau (men-) titip apa kamu?’
‘(Aku hendak) ke warung, apakah kamu akan menitip sesuatu?’
Lala : “ndak (enda), aku sangka (sanka) mo pigi pasar, aku mo titip bayam”.
‘Tidak, aku sangka mau pergi pasar, aku mau (men-) titip (sayur) bayam’
‘Tidak, aku mengira kamu mau pergi (ke) pasar, aku mau menitip sayur bayam’.