Gejog Lesung adalah kesenian tradisional Jawa berupa permainan instrumen musik perkusi menggunakan alat penumbuk padi tradisional (lesung dan alu/antan). Gejog Lesung dimainkan oleh 4-5 orang atau lebih tergantung besar lesung yang digunakan. Secara bergantian mereka memukuli lesung dengan alu/antan pada bagian atas, samping, tengah, atau tepat pada bagian cekungan sedemikian rupa sehingga menimbulkan suara "thok thek thok thek" bersahut-sahutan yang berirama unik sekaligus indah. Seiring irama pukulan para penabuh lesung dan/atau kelompok lain akan menyanyikan lagu atau tembang Jawa sambil menari. Tembang-tembang yang dilantunkan biasanya bernuansa agraris, seperti Wulung Kelalang, Caping Gunung, Emprit Neba, dan Ayam Ngelik.
Sejak dahulu, ketika lesung menjadi satu-satunya alat penumbuk padi, permainan musik lesung biasa dimainkan oleh masyarakat Putat yang menyebutnya "gejog lesung". Permainan lesung merupakan ekspresi kegembiraan para petani atas melimpahnya hasil panen (padi) dan sekaligus ungkapan syukur kepada Dewi Sri yang dipercayai sebagai Dewi Padi. Di sela-sela kesibukan menumbuk padi atau sesudahnya para petani memainkan lesung sambil menyanyikan tembang-tembang jawa. Kemeriahan desa oleh semaraknya suara lesung serta kegembiraan para petani yang sedang bergotong royong menumbuk padi digambarkan oleh Ki Nartosabdo, seorang seniman wayang, dalam tembang "Lesung Jumengglung" yang diciptakannya pada era 70-an. Upaya pelestarian ini menjadikan atraksi ini sebagai daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Putat menjadi paket wisata