Upacara adat ini, didahului dengan membersihkan kendang ternak pada siang harinya, dilanjutkan malam harinya dengan omprong-omprong atau pengasapan kendang ternak menggunakan sruwo (gagang ijuk pohon aren) malam harinya. Para peserta upacara mengenakan pakaian gelap, sebuah tradisi yang berasal dari keyakinan bahwa pakaian gelap merupakan simbol kesungguhan dalam menjalankan ritual ini. Di masa lalu, mereka juga menggunakan blarak (daun kelapa kering) sebagai sumber cahaya untuk prosesi ini. Prosesi ini dipimpin oleh pemuka adat yang memimpin doa dalam bahasa Jawa, yang kemudian diikuti oleh para peserta dengan mengamini doa tersebut dengan kata 'Sorak iyun'.
Dengan demikian, upacara adat ini tidak hanya sebagai bentuk ritual tolak bala, tetapi juga sebagai ungkapan rasa syukur dan kepedulian terhadap hewan peliharaan yang memberikan manfaat bagi kehidupan sehari-hari di Desa Wisata Purwosari. Tradisi ini juga menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya yang kaya dan perlu dilestarikan untuk generasi mendatang.