Pada tahun 1200an sebelum Desa Bantaragung berdiri dan sebelum terlahirnya juara-juara dunia Pencak Silat asal Desa Bantaragung. Desa Babakan Keboncau dan Dusun Kawungluwuk mengalami banyak kekacuan yang terjadi dan mengganggu ketentraman masyarakat sehingga banyak korban berjatuhan.
Untuk mengatasi keadaan tersebut para sultan berembuk kembali untuk mencari jago-jago dari berbagai tempat dan di umumkan bahwa: “Barang siapa yang bisa mengalahkan garong-garong dan macan-macan serta dapat mengamankan keadaan masyarakat, akan ditunjuk sebagai Kuwu / Kepala Desa.
Datanglah Pangeran Timbang Pinayungan, beliau berhasil mengatasi gangguan keamanan sehingga menjadi Kuwu pertama dan mengubah nama Desa Babakan Keboncau menjadi Desa Batara Agung. Dengan arti,
Batara = Dewa.
Agung = Wong Agung.
Batara Agung ialah, Tempat bertapa orang-orang Agung. Dengan garis keturunan yang kuat, Ini menjadikan keturunan Batara Agung menjadi berbeda dan Juara-juara Dunia salah satunya dibidang Pencak Silat.
Pada masa kepemimpinan Kuwu Ke-13, Pangeran Nitibaya merubah Desa Batara Agung menjadi Bantaran Agung. Bahkan, atas petunjuk dari Sultan Kasepuhan Cirebon. Di utarakan pula sebagai tradisi / adat lama masih ada sampai sekarang, setiap tahun pada bulan Rabiul Awal / Maulud, Keraton Kesepuhan dan Keraton Kanoman menunggu kiriman cau / pisang dan gula kawung dari masyarakat Desa Bantar Agung untuk sesajen para leluhur Keraton, sekalipun gula kawung dan pisang banyak dari daerah lain, namun tidak bisa di pakai untuk sesajen kecuali dari Desa Bantar Agung.
Belum ada atraksi
Belum ada homestay