Desa Wonosunyo adalah sebuah desa kecil yang terletak di Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan. Meski berada di Kecamatan Gempol yang notabenenya merupakan wilayah dataran rendah, cuaca panas dan kawasan industri, namun tidak dengan Wonosunyo. Secara topografi, desa yang berada paing ujung barat Kabupaten Pasuruan ini termasuk sebagai dataran tinggi.
Hal itu karena Wonosunyo terletak di lereng Gunung Penanggungan, sebuah gunung yang termasuk klaster dari Gunung Arjuno dan Welirang. Dengan memiliki ketinggian wilayah desa berkisar 700 meter di atas permukaan laut. Sehingga membuat kondisi desa yang langsung berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto ini menjadi salah satu desa di Kecamatan Gempol yang memiliki suasana pedesaan yang sejuk, asri dan hijau dikelilingi hutan pegunungan.
Selain memiliki pemandangan indah, desa ini terkenal dengan warisan budaya dan cagar budaya yang kaya serta kearifan lokal yang juga sangat beragam. Seperti halnya desa-desa lain yang berada di lereng Gunung Penanggungan yang juga dikenal dengan kekayaan peninggalan kerajaan dan keberagamaan budayanya. Sebut saja Candi Belahan (Petirtaan Belahan) atau warga setempat menyebut Sumber Tetek yang merupakan peninggalan di era Raja Airlangga semasa Kerajaan Kahoeripan yang terletak di Dusun Belahan Jowo.
Di sektor sosial-kebudayaan, masyarakat di Wonosunyo sangat menjunjung tinggi warisan budaya dan kearifan lokal. Upacara, tradisi dan festival adat warga dirayakan dengan penuh antusias sepanjang tahun. Acara ini menampilkan musik lokal, pertunjukan tari, dan kostum tradisional yang mencerminkan identitas unik desa tersebut. Seperti, selamatan desa atau dikenal barikāan, kirab ancak, festival Candi Belahan, jaranan, musik patrol, albanjari dan lain sebagainya.
Memilik luas wilayah keseluruhan 848,47 hektar dengan sepertiganya atau sekitar 678,5 hektar merupakan lahan pertanian membuat sektor pertanian menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian besar penduduk Desa Wonosunyo. Meskipun termasuk kategori lahan pertanian tadah hujan, sawah dan ladang yang subur di Desa Wonosunyo menghasilkan berbagai macam tanaman, seperti jagung, kacang tanah, padi dan empon-empon (Biofarmaka), singkong, sayuran, dan buah-buahan. Hasil pertanian yang melimpah terutama empon-empon yang meliputi, kunyit, jahe, kencur, lengkuas, serai dan lainnya menjadi komoditas utama pertanian sekaligus sumber pendapatan yang penting bagi desa ini.
Pertanian dan peternakan menjadi semacam denyut aktivitas warga di Desa Wonosunyo. Betapa tidak? Dari total jumlah penduduk sebanyak 4.780 orang, sekitar 2.394 orang melakukan aktivitas pertanian baik sebagai petani, buruh tani maupun peternak. Tanah yang subur dan iklim yang mendukung menjadikannya ideal untuk budidaya berbagai tanaman. Penduduk desa sangat bangga dengan metode pertanian dan peternakan tradisional mereka yang diturunkan dari generasi ke generasi. Sekaligus pertanian yang menjaga keseimbangan lingkungan.
Selain pertanian, desa ini juga memiliki industri rumahan yang berkembang pesat. Salah satunya dan menjadi primadona serta ikon pengembangan usaha mikro, yaitu Kerupuk Samiler. Yakni, kerupuk berbahan dasar singkong atau ketela pohon. Cukup banyak pengrajin Samiler yang membuat kerupuk dengan bahan-bahan yang bersumber secara lokal, yakni singkong. Selain samiler, warga setempat juga memproduksi aneka minuman herbal berbahan dasar dari tanaman biofarmaka atau empon-empon. Sebut saja, jahe instan dan wedang secang celup.
Meskipun ukurannya relatif kecil, Desa Wonosunyo telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam hal pembangunan infrastruktur. Fasilitas dasar seperti sekolah, pusat kesehatan, dan fasilitas air bersih telah dibangun untuk meningkatkan kualitas hidup penghuninya.
Secara keseluruhan, Desa Wonosunyo menawarkan sekilas kehidupan pedesaan dengan keindahan alamnya, tradisi pertanian yang kuat, keahlian terampil, budaya yang dinamis, dan komitmen terhadap pengembangan masyarakat. Hal ini menjadi inspirasi bagi desa-desa lain yang berupaya melestarikan warisan budaya mereka sambil merangkul modernisasi. Tentu potensi yang sangat beragam ini sangat berpeluang untuk dikembangkan menjadi daya tarik wisata pedesaan yang berdaya saing dan berkelanjutan dengan tetap berpegang teguh pada prinsip kelestarian alam.
Kekuatan dan Potensi Utama dari Desa Wisata Cagar Budaya Wonosunyo yakni tetap mempertahankan, menjalankan, dan mengembangkan kearifan lokal yang ada di masyarakat desa dengan mengemasnya menjadi sebuah Paket Wisata, baik Paket Wisata Edukasi, Wisata Budaya, Camping Ground, Tracking dan Live in Cagar Budaya serta Paket Wisata lainnya yang berbasis kearifan lokal dan pelesetarian lingkungan.
Pengunjung dapat berkunjung setiap saat, namun ada beberapa waktu yang sangat cocok jika ingin mendapatkan pengalaman yang menarik, penuh nilai dan menyenangkan ialah ketika bersamaan dengan even selamatan desa yang secara reguler digelar pada bulan Syura.