Patihan adalah salah satu dari jajaran perkampungan di sisi selatan Jawa, yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kalurahan Gadingsari, Kapanewon Sanden, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tepat ditengah-tengah diantara dua sungai besar yakni Opak dan Progo, yang ratusan tahun membawa material vulkanik Gunung Merapi ke Samudra Indonesia, kemudian terhempas ke daratan menjadikan lebih dari separuh luasan Patihan adalah pasir yang membentang.
DEWA PATIH
Tumbuh dan besar dalam kondisi geografis seperti ini menjadikan masyarakat Patihan sebagai survivor yang tahan jaman. Menjadi petani dengan garapan lahan gersang, dan menjadi nelayan dengan ombak samudra yang tak bisa ditakhlukkan.
Bentang alam Patihan secara morfologis mempengaruhi dan menjadikan kehidupan Patihan dalam hal sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain menjadi unik, estetik, dan menarik.
Mata pencaharian pokok masyarakat Patihan adalah sebagai petani, nelayan, dan pedagang. Hal-hal mendasar terkait pokok penghidupan tersebut berpadu dengan kearifan lokal Patihan tentang bagaimana bertahan hidup berdampingan dengan alam. Menghasilkan budaya harmonisasi diantaranya adalah giat konservasi di kawasan Patihan dan sekitarnya.
Desa Wisata Patihan Goa Cemara atau DEWA PATIH hadir mengemas, menjadi wadah untuk menerjemahkan. Bahasa-bahasa yang selama ini dibicarakan masyarakat Patihan dengan alam. Menjadi wahana untuk menyampaikan. Agar cerita kearifan tak hanya menjadi kabar, tapi menjadi inspirasi berkesinambungan. Dan pengalaman kehidupan di Patihan akan menjadi kenangan tak terlupakan.
Salah satunya adalah konservasi penyu. Diprakarsai oleh Kelompok Masyarakat Pegiat Konservasi Penyu Mino Raharjo Patihan, bekerjasama dengan Pemerintah Desa Gadingsari, DKP dan BKSDA DIY.
Sedangkan kampanye positif dari kegiatan konservasi ini kemudian dikemas dalam koridor pariwisata dan diatur oleh dibawah binaan Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul.
Untuk pelaksanaan kegiatan pariwisata pada masa pandemi, Desa Wisata Patihan Goa Cemara melakukan berbagai upaya pencegahan dan pemenuhan protokol kesehatan terhadap kunjungan termasuk dengan pemberlakuan prasyarat berkunjung, kelengkapan fasilitas kesehatan termasuk wastafel dan pos kesehatan, pemeliharaan fasilitas dengan penyemprotan desinfektan dan lain-lain.
Memenuhi standar Pranatan Anyar Plesiran Jogja, Sertifikat CHSE dari Kemenparekraf, dan pemenuhan vaksinasi bagi seluruh pelaku wisata.
Termasuk salah satu desa di pesisir selatan Bantul, mempunyai keunikan lingkungan, diantaranya konservasi penyu, konservasi cemara udang dan konservasi pandan laut. Menjadi satu-satunya pantai yang teduh 24 jam di DI Yogyakarta, dengan kawasan terluas dengan manajemen satu pintu di Kantor Sekretariat Dewa Patih. Dengan kapasitas parkir terluas yakni memuat 70 big bus dan lebih dari 500 kendaraan keluarga.
Kunjungan pagi menikmati udara pantai, dan sore hari menikmati matahari tenggelam di pesisir. Untuk pecinta penyu laut, disarankan pada Musim Migrasi yakni di bulan Mei sampai September. Diluar musim itu pengunjung dapat menikmati edukasi konservasi cemara udang dan pandan laut.
Agenda wisata diantaranya pentas seni di malam tahun baru dan Gelar Budaya di tahun baru Muharram.